23.9.11
Push Your Own Spirit Button!
10.8.11
Olimpiade Geografi 2011
- Berkewarganegaraan Indonesia
- Peserta adalah siswa-siswi/guru utusan dari sekolah yang bersangkutan, saat mengikuti lomba di tingkat Kabupaten/kota maupun Provinsi masih berstatus sebagai siswa-siswi/guru sekolah yang bersangkutan, dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Sekolah
- Peserta yang diperkenankan mengikuti olimpiade adalah peserta yang telah terdaftar secara sah di panitia
- Setiap sekolah mengirimkan maksimal 10 orang siswa dan 2 guru perwakilan sekolah yang bersangkutan
- Dikirim oleh sekolah yang bersangkutan berdasarkan surat keterangan Kepala Sekolah
- Berkelakuan baik dan tidak terlibat penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras yang dibuktikan dengan surat keterangan Kepala Sekolah
- Peserta yang mengikuti olimpiade dan mempergunakan peserta luar yang terdaftar atau tidak memenuhi persyaratan di atas, maka siswa yang bersangkutan tersebut didiskualifikasi
Mekanisme Pendaftaran
- Peserta melakukan pembayaran ke BNI dengan no rekening 0159025854 a.n. Alin Aliyani atau BRI dengan no rekening 0133-01-001831-53-0 a.n. Alin Aliyani
- Setelah melakukan pembayaran, peserta mengisi formulir pendaftaran di web http://bemjpgeo.wordpress.com
- Konfirmasi kepada panitia bahwa anda telah melakukan pembayaran dan mengisi formulir, sms ke nomor 085722540720 (Alin Aliyani)
- Selanjutnya nama anda akan tercantum dalam daftar peserta yang bisa dilihat di http://bemjpgeo.wordpress.com
Biaya Pendaftaran
- Tingkat Sekolah Dasar (SD) sebesar Rp 35.000,00/peserta
- Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar Rp 45.000,00/peserta
- Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar Rp 50.000,00/peserta
- Tingkat Guru sebesar Rp 70.000,00/peserta
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
SELEKSI
|
TINGKAT
|
WAKTU
|
TEMPAT
|
SELEKSI WILAYAH
KABUPATEN/KOTA
|
SD, SMP, SMA, dan
Guru
|
Minggu, 25 September 2011
|
Di masing-masing
Kabupaten/kota
|
FINAL
|
SD, SMP, SMA, dan
Guru
|
Senin, 10 Oktober
2011
|
Gedung FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia
|
Bidang yang Dilombakan
- SD : IPS Geografi
- SMP : IPS Geografi
- SMA : Geografi
- Guru : Geografi
Diskualifikasi
- Peserta tidak mentaati atau melanggar ketentuan Olimpiade Geografi 2011 yang telah ditentukan
- Peserta membuat kekacauan baik dengan peserta lain atau dengan panitia
- Selama pelaksanaan Olimpiade Geografi 2011 bekerjasama dengan peserta lainnya baik dari satu sekolah maupun sekolah lain
- Terbukti melakukan pemalsuan identitas atau dokumen lain yang terkait dengan legalitas sebagai peserta Olimpiade Geografi 2011
Hadiah Pemenang
*update :
pendaftaran diperpanjang hingga saat technical meeting (24 september 2011), silahkan hubungi contact person dibawah ini :)
__________________________________________
UPDATE!
Untuk Olimpiade Geografi Nasional 2012, infonya dapat dilihat di web http://epicentrum51.webs.com/event, goodluck! :D
9.7.11
Pendaftaran Beasiswa Belajar Bersama Bang AFIM 2011-2012 telah dibuka!
Beasiswa ini meliputi:
- biaya SPP,
- biaya hidup bulanan,
- pembelian buku/referensi kuliah,
- bimbingan akademik
Syarat-syarat untuk melamar beasiswa ini:
- mahasiswa S1 semua PTN, minimal semester 3
- 1 lembar CV
- 1 lembar surat motivasi
- Memiliki prestasi akademik yang baik
- Memiliki keterbatasan ekonomi
Cara pendaftaran:
Download formulir di http://www.ppi-montpellier.comule.com/
Tanggal-tanggal penting:
- 20 Agustus 2011: penyerahan dokumen beasiswa
- 1 Oktober 2011: pengumuman hasil beasiswa secara online.
Aplikasi dapat dikirim ke:
- afim.montpellier@gmail.com
- Bapak Aldi Kamal Wijaya
Jl. Raya Semplak No 01 RT 03 Rw 08, Gang SD Neglasari,
Keluarahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat
Kota Bogor 16114, Jawa Barat
- Ibu Murtihapsari Hartono
Jl. Serayu No. 1111, Sanggang,
Kota Manokwari 98312, Papua Barat
Sebarkaaaannnnn :D
4.7.11
This is What a True Gentleman Does...
---------------------------------------------------------------
This is What a True Gentleman Does...
A gentleman knows how to begin a conversation.
If a gentleman is subjected to a rude remark or rude behavior, he does not offer rudeness in return.
A gentleman allows others to finish their sentences. Even in his most brilliant moments, he does not interrupt.
A gentleman does not talk with his mouth full - even over the phone.
A gentleman is slow to judge the actions of others, either in their public or private affairs.
A gentleman never corrects another person's grammar - unless he is teaching an English class.
A gentleman does not take part in major arguments over minor issues.
A gentleman makes a conscious effort to use correct grammar, but he resists all temptation to sound overly grand.
A gentleman does not pretend to speak languages that he has not made his own.
A gentleman never asks a woman if she is pregnant.
A gentleman avoids raising his voice and does not shout others down - even in the most heated discussion.
A gentleman says "Excuse me," not "I'm sorry" when he inconveniences someone while moving through a crowded room.
A gentleman never begins a statement with "I don't mean to embarrass you but..."
When it comes to accepting social invitations, a gentleman never waits for something better to come along.
A gentleman does not ask anyone - male or female - to divulge his or her age.
When a gentleman initiates a telephone conversation, he knows it is his responsibility to end that conversation.
A gentleman does not use his cell phone when he is at a table with others.
Once a gentleman discovers that he must decline an invitation that he has already accepted, he promptly alerts his host.
When a gentleman receives a number of invitations on his voice mail, he accepts the first one.
A gentleman does not engage in arguments, of any sort, at the dinner table.
When a gentleman is confronted by foolishness, he does not attempt to refute it with reason. Instead, he keeps silent.
A gentleman never claims to have seen a movie or read a book about which he has only read reviews.
In a civil conversation, and when attempting to meet new friends, a gentleman asks the question "What do you think?" often.
A gentleman sincerely appreciates any gift that comes his way, and pens a thank you note to show his gratitude.
A gentleman knows that a toast need not be epic in length, but usually a few well thought out words will convey his wishes.
A gentleman knows that the freshest toast of the evening is the first one offered.
A gentleman knows that, beer steins excepted, he may not toast with anything resembling a coffee cup.
A gentleman never uses a toast to ridicule or embarrass a friend.
A gentleman does not take it upon himself to deliver a toast at a breakfast meeting.
When a gentleman throws a party, he goes to the grocery store and the liquor store early in the day, and buys plenty of ice.
A gentleman understands that a hat exists for utilitarian purposes, and that it should never be worn inside.
A gentleman always removes his hat during any formal prayers.
If a gentleman has a cold, especially if he is running a fever, he declines all social invitations.
If a gentleman has left a message for another person, he does not leave badgering follow-up calls.
Even if he lives alone, a gentleman never drinks milk directly from the container.
At a concert or any musical performance, a gentleman does not applaud until the end of a complete musical number.
A gentleman does not pick his nose in public. In fact, he is wise that he does not pick his nose at all.
In a theater, church, or any place where people have gathered, a gentleman always turns his cell phone off.
When a gentleman arrives late for a church service, he waits for a suitable pause in the service before sitting down.
A gentleman always thinks before he speaks.
19.6.11
First Love (A Little Thing Called Love)
"Do all things with love"
3.6.11
Hitunglah, dan Bacalah!
-------------------------------------------------------------
Hitunglah, dan Bacalah!
By : Zaim Sidqi Islami
Kegiatan di mana-mana? Embaatt...
Sibuk di hari libur? Udah biasaaaa...
Teman-teman gimana? Kadang baik kadang menyebalkan sih..
Gimana nih dunia? Rame, Alhamdulillah!
Eh, Tunggu sebentar...
Shalat? Ga kelewat, tapi... Apa shalatnya sudah shalat?
Tilawah? Emm... Kapan ya terakhir ngaji...
Rawatib? Hemmmm... Shalatnya kloter ke-4, setiap beres shalat dzikir pun ga sempet, sibuk lagi. Infaq? Ups =_='
...
...
...
...
...
Man Rabbuka?
ASTAGHFIRULLAH!!!
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150318909529972
------------------------------------------------------------------------------------
Baca, resapi, dan lakukan sebuah perubahan yang berarti, guys! \^o^/
"Qul inna salati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil aalamin." (6:162)
(Say: Truly, my prayer and my service of sacrifice, my life and my death, are (all) for Allah, the Cherisher of the Worlds.)
Ambassadors of Islam
17.5.11
Biasakan Berbuat Baik Sekecil Apapun Itu! :D
9.5.11
Cerpen 100 Kata Pertamaku
Ditunggu saran dan kritiknya yaa :D, Enjoy! :D
------------------------------------------------------------------------------------
thisiscasey : ra, besok aku pulang
tyaraishere : kenapa mendadak?
thisiscasey : mempersiapkan pernikahan, 2 bulan lagi
tyaraishere : pernikahanmu?
thisiscasey : ya
tyaraishere : kamu baru memberitahuku sekarang, tega sekali! Siapa calonnya?
thisiscasey : kamu sudah mengenalnya
tyaraishere : benarkah? siapa???
...
Keheningan menyeruak.
Sepuluh tahun bersahabat dengan Casey, belum pernah dia menceritakan hal seperti ini. Siapa wanita itu?
Tunggu. Kenapa hatiku terasa begitu dingin seperti winter di Alaska secara tiba-tiba?
...
Ibu mengetuk pintu dan memasuki kamarku.
“Sayang, besok keluarga Casey akan datang untuk melamarmu..”
Laptopku berbunyi.
thisiscasey : :)
Menghangat seketika, ada yang menetes dari mataku, berkilau.
5.5.11
What I get from Middleton Family..
21.4.11
Sedikit Ocehan tentang Kebersihan
7.3.11
Masihkah Kita Enggan untuk Memberi?
1.3.11
Refleksi Sederhana :)
31.1.11
Elegi
Qum Fa andzir!Bangkit dan guncangkanAbaikan para pendengki si juru fitnahLemparkan selimut kemalasanDatangi gudang-gudang ilmuMasuki gudang-gudang menjulangTemukan makna hidup yang hilangPakailah jubah keberanianmu yang paling cemerlangKarena engkau bukanlah pengemis yang merintihEngkaulah cahaya mentari tak pilih kasihJangan tergoda butiran pasir berserakan,Yang membuat ombak samudera tertawa candaJadilah batukarang!Kukuh tangguh, menatap gagah, menyongsong gigih hempasan ombak dengan tertawaWalau kepedihan menyayat raga,Tak perlu menghamba diri pada duniaBagi mujahid sejati,Lebih baik jadi singa sehari daripada domba seribu hariTidak perlu sedu sedan atau tangis ratapanKarena kehilangan duniaTetapi jadikan dunia meratap sendu dalam tangisanKarena kehilangan dirimuQum Fa andzir wa Rabbaka Fakabbir!Tebarkan iman dengan cintaGubah dunia dengan prestasiJadikan hidupmu penuh artiKemudian boleh bersiap matiKalau kelak datang hari perjumpaanBasahkan bibirmu mengucap puji Ilahi RabbiLaa ilaaha illallah...Bangkit dan berilah peringatanBuang dan campakkan kecemasanBunuh dan singkirkan kemalasanTumpas dan kuburkan kepalsuan
3.1.11
Hidupku, Petualanganku (Part 2)
“Hai, Bunga, perkenalkan saya Putra, mahasiswa Pendidikan Geografi 2009,” ujar seorang mahasiswa urakan sambil menyodorkan lengannya untuk bersalaman denganku.
Aku melongo tak percaya. Ini kan Putra! Aduh, mengapa tak tertebak strateginya olehku? Dasar Putra Dinata Clarke, kecerdasannya semakin terasah saja dan aku juga bingung darimana dia tahu bahwa Tere adalah teman bimbelku dulu?
“Ehm, Bunga… nggak usah terpesona sebegitunya, deh, hihi..” ujar Tere menggodaku.
“Eh, iya, maaf.. Saya Bunga, senang berkenalan dengan kakak,” rasanya ingin tertawa meledak-ledak dengan perkenalan konyol seperti ini.
Akhirnya aku dan Putra pun memulai menjalankan tugas kami bersama-sama lagi. Jika dulu kami menjalankan tugas bersama-sama tetapi sembunyi-sembunyi, sekarang kami secara terang-terangan memperlihatkan kepada publik bahkan kami sampai berpura-pura menjadi sepasang kekasih dan rasanya aku tidak ingin mengakhiri kepura-puraan ini. Aduh, sempat-sempatnya aku berpikir seperti itu. Kembali aku tegaskan kepada diriku sendiri, aku dan Putra adalah agen rahasia yang sedang menjalankan tugas dengan level kesulitan tinggi.
***
“Apa?! Bercerai?? Tapi kenapa, ayah, bunda?!” rasanya langit runtuh dan dunia menghimpitku saat kedua orangtuaku mengatakan bahwa mereka akan bercerai.
“Kami sudah merasa nggak cocok lagi satu sama lain, sayang…” jawab ayah.
“Kami juga sudah berusaha untuk mempertahankan pernikahan ini demi dirimu, tapi tidak bisa… Semakin dipertahankan semakin besar keributan yang muncul diantara kami. Kamu sudah dewasa, nak… Bunda harap kamu bisa mengerti, sayang…” ujar bunda sambil memeluk diriku.
Tak ada yang bisa kuperbuat lagi. Aku tahu persis ayah dan bunda bukan orang yang sembarangan untuk membuat keputusan. Aku terima walaupun dengan derai air mata dan luka menganga lebar dalam hatiku.
Hari-hari selanjutnya aku jalani dengan semangat yang berkurang hampir separuhnya. Walaupun dilimpahi kasih sayang yang penuh oleh nenekku, tetapi tetap saja ketidaksempurnaan kasih sayang dari kedua orangtuaku yang berpisah sangat menyakitkanku. Beberapa minggu kemudian, ayah menikah lagi dengan wanita lain dan membuat luka di hatiku semakin melebar seperti lubang hitam di angkasa yang menghisap keceriaanku.
Awalnya aku tak bisa menerimanya, aku hampir frustasi, merasa kehilangan segalanya. Aku tak mau bertemu dengan ayah dan istri barunya yang telah memiliki anak karena ia adalah seorang janda beranak dua. Dukungan dan kehadiran Putra yang menguatkanku, ia membantuku untuk bangkit kembali dari keterpurukan yang aku buat sendiri. Ia meyakinkanku bahwa semua ada hikmahnya dan akan ada kebahagiaan yang mendatangiku setelah ini, seperti pelangi yang muncul setelah rintik hujan yang deras menghujam bumi.
***
Waktunya pun tiba, hari ini aku kuliah tanpa mengenakan jilbab, seakan-akan telah terpengaruh secara negatif oleh Putra. Aku melepas jilbab dengan perasaan yang sungguh berat. Jujur, aku merasa lebih dekat dengan Tuhan saat aku memakainya. Aku melaksanakan ibadah-ibadah wajib sebagai muslim pun sejak aku memakai jilbab dengan bimbingan Putra.
Meskipun berpenampilan urakan dan melibatkan diri dengan komplotan narkoba yang berbahaya, Putra mempelajari Islam secara sembunyi-sembunyi. Ia belajar dari buku, internet, bahkan mendatangi beberapa ustadz dengan nyawa yang menjadi taruhan bila ketahuan oleh para pelaku peredaran narkoba itu. Aku melepas jilbab ini sambil menangis, tangis yang benar-benar luapan emosiku.
Teman-temanku menatapku dengan penuh rasa penasaran, bahkan ada pula yang memandangku jijik. Aku merasa ada banyak belati yang menusuk jantungku, bukan hanya karena respons teman-temanku tetapi juga karena kebodohanku yang tak bisa mempertahankan eksistensi jilbabku.
***
Aku memandangi papan tulis dengan kepala yang berat dan pusing. Jarum panjang arlojiku menunjuk angka 1, sedangkan aku belum makan apa-apa hari ini. Aku mual, sepertinya gara-gara kemarin masuk angin kehujanan sepulang dari rumah ayah. Kalau tidak bertengkar dengan ibu tiriku, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Aku memilih untuk buru-buru pulang karena emosi, padahal bila aku bersabar menunggu ayah pulang, aku akan diantar dan tidak akan masuk angin seperti ini.
Sepertinya aku ingin muntah, aku bergegas ke kamar mandi diantar Nisa, teman sekelasku, setelah meminta ijin pada dosen. Ini benar-benar masuk angin yang memuakkan! Aku sampai muntah berkali-kali di wastafel karenanya. Aku benar-benar tidak kuat lagi mengikuti kuliah, aku pun meminta ijin untuk pulang.
Di perjalanan aku merasa ada kejanggalan. Ah! Aku lupa membawa tasku! Gawat sekali, padahal disana ada obat insomnia yang kubeli dari apotik beberapa hari yang lalu. Sekarang ini aku memang terkena insomnia yang sangat melelahkan daya tahan tubuhku.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang meluncur dengan cepat ke arahku…
“Cepat masuk ke dalam mobil!” teriak seorang pria berbadan besar dan legam sambil menarikku.
“Apa maksudnya ini?! Siapa kalian?! Aku tidak mau!!!” aku berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan pria berbadan besar nan legam itu dan satu temannya yang lebih kurus.
Si kurus menutup mulut dan hidungku dengan saputangan hitam, mataku berkunang-kunang dan tak sadarkan diri.
***
“Ditemukan seorang mayat perempuan yang diduga merupakan mayat seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UPI Bandung yang bernama Jasmine Arlington atau yang biasa disebut Bunga di Sungai Saguling. Tetapi pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan karena mayat Bunga sulit diidentifikasi, namun terdapat kartu identitas dalam saku celananya…” sayup-sayup suara pembawa acara berita televisi itu membangunkanku. Dasar mafia kurang ajar, mereka sampai mengorbankan nyawa wanita tak bersalah agar meyakinkan publik bahwa aku sudah tiada.
“Kau marah, cantik? Haha. Lantas kenapa tak kau sebutkan saja dimana tempat agen rahasiamu itu dan dimana si Putra yang laknat itu!” lagi-lagi pria berkacamata hitam itu memaksaku.
“Aku tidak akan pernah memberitahukannya padamu meskipun nyawaku menjadi taruhannya!!!” aku menjawab dengan berapi-api meskipun sebenarnya nyaliku tak sekuat apa yang aku katakan.
“Oh, bagus sekali, Jasmine Arlington... hebat! Kalau begitu, buktikan kepadaku sekarang…” tidak seperti di film-film dimana korban penculikan diancam dengan pisau di lehernya, ia malah mengarahkan pisau lipatnya yang tajam ke arah mataku.
Aku terkesiap dan refleks menutup mataku. Beberapa detik kemudian aku membuka mata pelan-pelan dan pisau itu sudah berada di meja sebelahku.
“Aku akan mencongkel matamu yang indah itu kemudian memberikannya pada kekasihmu, Putra, yang keparat itu! Hahahaha,” ia berkata dengan tawa seperti para pemain judi besar di Las Vegas.
“Bersiaplah, nona cantik…” lagi-lagi ia menodongkan mata pisaunya ke arah mataku. Ya Tuhan, sekarang nyawaku di ujung tanduk… aku memohon perlindungan dari-Mu, hamba mohon tolong hamba… tak terasa air mata menetes membasahi pipiku.
Braaakkk!!!
Suara pintu gudang using ini didobrak dengan keras. Putra!!! Terima kasih karena Kau kirimkan ksatriaku, Tuhan…
Terjadilah pertarungan sengit antara Putra dengan pria berkacamata hitam yang belakangan kutahu namanya Zoro, kedengarannya aneh karena itu memang nama populernya, tak ada seorang pun yang mengetahui nama aslinya.
Aku bergegas ke depan, kulihat dua anak buah Zoro sudah pingsan, pasti sudah dilumpuhkan Putra dengan lihai. Selain menguasai berbagai ilmu bela diri, Putra juga belajar ilmu hipnotis.
Lalu aku kembali dan melihat Zoro dibelakang Putra yang kulitnya sudah banyak tergores luka karena pisau tadi. Ia terlihat akan menusuk Putra dari belakang sementara Putra berusaha untuk bangkit karena lututnya terkena goresan pisau. Aku tak bisa diam saja, aku harus melakukan sesuatu! Tetapi aku malah lupa akan ilmu bela diri yang aku pelajari di saat yang genting seperti ini! Aku berpikir keras dan ingat bahwa aku masih menyimpan bubuk cabai buatan nenek dalam saku jaketku yang aku bawa untuk bumbu penyedap kalau-kalau aku membeli jajanan irisan buah-buahan di depan kampus.
“Hei, kau, kalau berani coba lawan aku!” aku menggertak Zoro dengan keras. Zoro pun menghampiriku dan…
“Rasakan ini!!!” aku menyemburkan bubuk cabe itu ke matanya, dia kalang kabut sambil mencaci maki diriku. Akhirnya aku dan Putra bisa melumpuhkannya dengan sempurna. Beberapa menit kemudian, datang para polisi dan menangkap Zoro dengan anak-anak buahnya. Mengapa ya polisi selalu saja datang terlambat, seperti di film-film itu? Tetapi ya sudahlah, yang penting aku dan Putra selamat serta tak ada lagi peredaran narkoba yang merusak para calon guru itu. Menurut pihak kepolisian, hipotesa Putra memang benar bahwa ada suatu konspirasi dalam kasus ini. Untuk kesekian kalinya, kekagumanku bertambah pada pria bermata hijau ini.
***
Setelah kasus besar itu, aku dan Putra memutuskan untuk berhenti menjadi agen rahasia, bukan karena kami tidak mau membantu sesama, tetapi sudah waktunya ada regenerasi. Pemimpin kami, Pak Setya Parker yang keturunan Jawa-Belanda namun sangat cinta Indonesia ini melepas kami dengan berat hati.
“Kalian akan tetap berkomunikasi denganku, kan? Kalian ini sudah seperti anakku sendiri…” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ah.. aku sungguh tak tega melihatnya, baru kali ini aku melihat beliau yang gagah hampir menangis.
“Tentu saja, pak, kita juga sudah menganggap bapak sebagai ayah kami sendiri,” ujar Putra.
Aku mengiyakan.
Hari-hari berikutnya aku dan Putra masih berkomunikasi tetapi tidak intens seperti dulu, bahkan sudah sangat langka bertemu meskipun fakultas kami sangat berdekatan karena kesibukan kami masing-masing. Kemudian aku kembali memakai jilbab dan mempelajari agama yang kuanut ini dengan sungguh-sungguh dengan mengikuti kajian keislaman, dsb.
Lima tahun kemudian, Putra melamarku setelah menyelesaikan studi S2nya di Cambridge University. Aku sendiri sudah mengajar di sebuah sekolah yang sedikit terpencil, meskipun dengan gaji yang tidak bisa dikatakan besar, namun aku bahagia karena dapat bermanfaat bagi orang lain dan walaupun cita-citaku menjadi dosen di Ohio University harus tertunda.
Kemudian kami dianugerahi dua buah hati yang menggemaskan, Orchidia Puspita Clarke dan Andhika Raiza Clarke.
***
Suatu Minggu yang mendung, acara jalan-jalan pun kami batalkan. Kami memutuskan untuk menonton koleksi DVD Spy Kids yang kami miliki di rumah.
“Bunda, Ochi mau jadi agen rahasia kayak Carmen Cortez ya! Keren banget!”
“Dhika juga, ayah, pengen kayak Juni Cortez ya! Pasti asyik deh jadi agen rahasia!”
Aku dan Putra saling berpandangan kemudian ia mengedipkan mata dan menyunggingkan senyum termanisnya padaku.
***
Tamat, hehe :D