22.6.19

[Cerpen] Just Propose You

Karena belum nge-blog lagi tapi belum ada bahan tulisan, akhirnya gue posting cerpen ini aja deh. Sebenernya bikinnya udah dari tahun 2015.. niatnya mau dipanjangin, kali aja bisa jadi novel, haha. Tapi karena gak diulik lagi, akhirnya terendapkan selama empat tahun -_-

Pada tulisan ini, gue mencoba memakai sudut pandang orang pertama, tapi sebagai pihak laki-laki. Unik juga sih, meskipun gak tau ini sesuai atau nggak sama sudut pandang para cowok dalam kehidupan real, wkwkw. 

Well, selamat membaca!

Just Propose You

Acara pernikahan. Bukan sesuatu yang asing lagi bagiku sejak beberapa tahun yang lalu. Saat ini aku sudah menginjak usia 27, maka sudah banyak teman-teman yang mengarungi babak kehidupan baru bersama pasangan mereka. 

Hari ini giliran Kenan, sahabatku di SMA. Dia menikah dengan adik kelas SMP-nya, mereka sempat berpacaran saat masa-masanya ‘cinta monyet’ kemudian kandas karena Kenan pindah ke Bandung saat SMA. Siapa yang sangka mereka bertemu lagi ketika sama-sama bekerja di ibukota dengan letak perusahaan yang berdekatan kemudian bermuara di pelaminan ini. Dasar, jodoh memang kadang-kadang jorok kata orang, haha.

“Udah berapa undangan pernikahan sih yang kita hadiri?” tanya seorang perempuan yang duduk di sebelahku sambil menyelesaikan suapan terakhir zuppa soup kesukaannya.

Dia Gladis, teman dekatku sejak SMP dan satu ‘geng’ denganku dan Kenan di SMA. Perempuan paling aneh dan ajaib yang pernah kutemui, namun juga perempuan yang paling kusayangi.

Ceritanya ini Kenan, Gladis dan Wisnu saat SMA
Diambil dari sini
“Berapa ya? Puluhan? Ratusan?” jawabku spontan.

“Haha, emangnya wafer! Gak sebanyak itu juga kali” ucapnya sambil memukul bahuku seperti biasa.

“Kamu mau nyusul mereka gak?” tanyaku sambil menoleh ke arah pengantin.

“Ya mau lah.. Tapi entah kapan dan sama siapa, hehe” jawab dia sambil menunduk.

“Hmm.. mau gak kita nyusul mereka bareng-bareng?”

“Hah? Maksud kamu?”

“Ya.. kita nyusul mereka sama-sama, dis..” jawabku sambil agak mengusap-usap kepalanya.

“Ih, rambut aku bisa berantakan, nu! Kebiasaan banget sih kamu..” dia segera merapikan rambutnya yang sebenarnya tidak terlihat berantakan sama sekali.

“...”

“Nu, apa tadi kamu ngelamar aku?” kali ini dia bertanya sambil memberiku tatapan yang serius.

“Iya.. marry me, dis..” tiba-tiba saja aku refleks mengatakannya pada gadis yang kuyakini adalah calon istri terbaik untukku dan calon ibu terbaik pula untuk anak-anakku kelak. 

Begitulah lamaran itu terjadi, tanpa buket bunga, tanpa iringan musik, tanpa puisi. Semuanya meluncur begitu saja dari mulutku.

Ceritanya ini Gladis dan Wisnu di umur 27 (jadi beda orang HAHAHA XD)
Diambil dari sini
***

No comments

Post a Comment

© KATATINA
Maira Gall