15.9.10

Kisah Manusia dan Bumi yang Renta


Sebuah puisi (satu-satunya) yang saya bikin dengan sungguh-sungguh sampai keblinger ><
Ini juga dibantu sama Kang Azmi, Teh Karin, dan Kang Zaim.. Hehe.. Thanks a lot, all! :D

------------------------------------------------------------------

Kisah Manusia dan Bumi yang Renta

Sudah terlalu lama dunia ini menopangmu
Memberikan yang ia miliki untuk kehidupan fana ini
Namun apa yang kau berikan kepadanya?
Tak ada, tak pernah kau pedulikan dia

Tahukah kau, ia seringkali menangis
Berharap ada sedikit saja kepedulian untuk melestarikan dirinya
Karena ia sadar tak selamanya dapat memberi
Meskipun telah menjadi tugas mulia yang diberikanNya

Waktu terus berputar dan ia pun semakin renta
Sementara para generasi muda lebih senang berfoya-foya
Tangis dunia semakin menjadi-jadi
Ia sangat membutuhkan uluran tanganmu

Bersyukurlah karena Ia telah menciptakannya
Bangun rasa peduli dan kasih sayangmu terhadap dirinya
Bangkit dan bertindaklah untuk menyelamatkannya
Jangan biarkan kau menyesal karena terlambat untuk berbuat

Hingga di hari yang dijanjikanNya
Ketika manusia hanya berdiri ditemani penyesalannya
Dengan keringat menggeluyuri hingga dada
Masih menganggap perkara ini remeh atau tak nyata…?

Bukalah mata dan hati yang buta
Bukan bumi itu yang butuhkan kita…
karena baginya cukuplah Allah sebagai pelindungnya
tapi sungguh akan ada balasan bagi pendustaan kita atasnya..
yang sadar dan tidaknya mendapat khalifah sebagai amanah…
sementara bumi menjadi saksi atas amanahnya kita…

***Dan demikianlah… kisah manusia dan bumi yang renta…

Semoga bermanfaat :D

7.9.10

Kisah Cinta Sejati



Copy paste dari milis daarut tauhid...
------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah Cinta Sejati
By: agussyafii

Siang tadi saya mendapatkan email dari seorang teman yang menuturkan sebuah kisah cinta sejati. Sebuah cerita dari Rumaisha Khairatun Hisan Dalam penuturannya dikisahkan sebagai berikut.

'Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9.30 seorang pria berusia 70-an datang utk membuka jahitan pada luka di ibu jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi. Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru.

Pekerjaan yg tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter aku memutuskan untuk melakukannya sendiri. Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru.
Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari.

Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer. Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Aku sangat terkejut dan berkata,' Dan bapak masih kesana setiap hari walaupun istri bapak sudah tidak kenal lagi?'

Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tangan ku sambil berkata, 'Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia kan?'

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangan ku masih tetap merinding, 'Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hidupku.' Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.'

'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami pasangan hidup dan keturunan yang menyenangkan hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa.'
(Q.S: Al-Furqaan : 74)
© KATATINA
Maira Gall