4.5.10

Aku Tak Mengerti...


Sebenernya ini cerpen udah jaduuuullll banget, tapi sekarang baru dipublish di blog ini. Semoga bermanfaat supaya kita dapat lebih peduli terhadap lingkungan :)
================================================================================

Aku Tak Mengerti...
Oleh : Tina Nur Faidah


Aku baru saja melihat dunia. Aku baru merasakan berespirasi dengan menghirup karbon dioksida pada siang hari dan menghirup oksigen pada malam hari. Walaupun aku tak mengerti mengapa ada perbedaan respirasi seperti itu. Aku pun belum tahu apa sebenarnya tugasku di dunia ini, karena aku masih terlalu kecil untuk mengetahuinya. Juga tak memahami obrolan saudara-saudaraku yang sudah dewasa dan telah lama mengecap hidup di dunia ini. Memang, aku ikut mendengar dan memerhatikan mereka ketika sedang membicarakan makhluk yang bernama manusia. Mereka bilang manusia zaman sekarang adalah makhluk yang sangat kejam. Ah, apa benar begitu? Aku tak percaya, karena aku belum tahu seperti apa manusia itu. Mungkin aku akan mengetahuinya suatu hari nanti.



Lagi-lagi terdengar pembicaraan tentang kejelekan manusia. Mereka bilang manusia itu adalah makhluk yang sulit untuk bersyukur, padahal telah diberi berbagai macam kelebihan daripada makhluk yang lain sehingga derajat mereka lebih tinggi dari kami. Tapi, masa iya seperti itu? Seperti apa wujud manusia sebenarnya? Sampai-sampai saudara-saudaraku yang sudah dewasa sering membicarakan keburukan mereka, bahkan ada yang sambil menangis saat bercerita. Penasaran sekali diriku akan sosok manusia itu, apakah mereka menyeramkan seperti binatang-binatang buas yang tinggal di sini? Atau bahkan lebih buas daripada mereka?



Lambat laun aku pun tumbuh menuju dewasa. Aku mulai mengerti akan tugasku di dunia ini dan aku tahu bahwa manusia adalah makhluk hidup yang memang lebih mulia daripada makhluk hidup lainnya, termasuk aku. Tugasku di dunia adalah untuk membantu manusia dan makhluk hidup lainnya untuk mempertahankan hidup. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan makhluk hidup lain dan hidup saling ketergantungan. Aku pun adalah satu-satunya makhluk hidup yang dapat meyerap energi dari matahari kemudian disebarkan pada makhluk lain.


Akhirnya aku tahu akan fungsi dari perbedaan respirasi pada diriku. Ternyata fungsinya untuk membantu menyuplai oksigen pada makhluk hidup lain untuk mempertahankan hidup mereka. Karena setahuku, mereka beraktivitas saat siang hari dan beristirahat pada malam hari. Maka, saat mereka beristirahat pada malam hari, aku bisa menghirup oksigen untuk mempertahankan hidupku sendiri. Sungguh, tak pernah aku berhenti untuk mensyukuri karunia yang luar biasa ini. Sebuah anugerah yang harus kupelihara baik-baik dan merupakan amanah dari-Nya.



Aku memang sangat senang dan mensyukuri akan tugasku di dunia ini. Namun aku tersentak kaget saat melihat saudaraku sendiri yang sangat kuat dan kokoh tiba-tiba ditumbangkan oleh segerombolan manusia yang terlihat lebih menyeramkan daripada serigala ataupun binatang buas lainnya. Mereka dengan liar dan paksa menumbangkan saudaraku sambil tertawa terbahak-bahak. Kudengar, mereka membicarakan tentang keuntungan yang sangat besar atas perbuatan mereka. Aku heran, mengapa mereka bilang menguntungkan? Bukankah itu adalah perbuatan berdosa? Apa mereka tak ingat bahwa ada Dzat Yang Maha Agung yang selalu melihat dan mengawasi setiap gerak-gerik manusia di dunia?



Sungguh aku tak mengerti akan semua ini. Tadinya aku pikir manusia memang benar-benar makhluk yang sangat mulia dibandingkan makhluk yang lainnya. Karena mereka memiliki neokorteks sebagai tempat bersemayamnya kecerdasan mereka. Itulah yang membedakan mereka dengan makhluk lainnya. Sehingga bila digunakan dengan baik, kecerdasan tersebut akan membuahkan hasil yang maksimal. Sudah sepatutnya mereka bersyukur akan hal itu.



Tapi kenyataannya, yang kulihat mereka memang makhluk yang kejam. Mereka tega menumbangkan saudara-saudaraku secara liar hanya untuk mendapatkan kepuasan sesaat. Mereka tak menyadari bumi yang semakin renta ini makin rusak karena ulah mereka sendiri. Mereka tak pernah memikirkan masa yang akan datang. Mereka hanya memikirkan kesenangan dan kepuasan yang sementara.


Aku tak tahu… Apakah mereka masih pantas untuk tetap mendapat predikat makhluk yang paling mulia???

© KATATINA
Maira Gall